TEMPO.CO, Jakarta - Umat Muslim di Sri Lanka diminta untuk salat Jumat di rumah, tidak ke masjid setelah Badan Intelijen negara itu memperingatkan tentang kemungkinan terjadi serangan bom mobil.
Selain diminta untuk menghindari datang ke masjid, warga Sri Lanka juga diminta untuk tidak mendekati rumah ibadah lainnya termasuk gereja.
Baca: Sri Lanka Revisi Korban Tewas dari 359 orang Jadi 250 Orang
Laporan intelijen, seperti dikutip dari Reuters, 26 April 2019 mengatakan ada kekhawatiran terjadi aksi balas dendam atas peristiwa ledakna bom pada Minggu Paskah, 21 April 2019.
The All Ceylon Jamiyathul Ullama, organisasi Islam terbesar di Sri Lanka, memitna umat Muslim melakukan salat Jumat di rumah.
Kardinal Malcolm Ranjith juga meminta para imam tidak mengadakan ibadah misa di gereja-gereja hingga pemberitahuan lebih lanjut.
"Keamanan itu penting," kata Kardinal Ranjith, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: 7 Fakta Investigasi Teror Bom di Sri Lanka
Menurut pihak militer Sri Lanka, hampir seribu tentara diterjunkan ke seluruh negara untuk menjaga keamanan di seluruh rumah ibadah.
Warga Muslim di Sri Lanka mengungsi meninggalkan rumah mereka karena khawati atas aksi balas dendam atas serangan bom pada hari Minggu, 21 April lalu.
Sementara, Kedutaan Amerika Serikat dan Inggris di kota Kolombo mengeluarkan travel warning, yang meminta warganya menghindari rumah ibadah di Sri Lanka. Hal senada juga disampaikan pemerintah Inggris kepada warga nya di Sri lanka.